LAPORAN
HASIL OBSERVASI
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
DISUSUN OLEH:
NAMA : RAHMAWATI
NIM :
E1M 011 033
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas observasi pada
bidang studi Perkembangan Peserta Didik yang bertemakan “Perkembangan Emosi
pada Remaja”
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil observasi ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun dalam isinya. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak guna perbaikan untuk observasi
di masa yang akan datang.
Tak
lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan hasil observasi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Fakultas
Keguruaan dan Ilmu Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik professional.
Mataram, 26 Mei 2012
Penyusun
RAHMAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan emosi pada remaja ditandai
dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah
dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson
(1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah
dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang
dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan
hormon yang terjadi pada remaja. Stres
emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang
terjadi sewaktu pubertas.
Menurut Havighurst remaja
bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan
pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan
emosional, pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi
pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama
orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar
rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib.
Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah
yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan
yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem
emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri
remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh
perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan
untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang rasa
dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami
oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal”
berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego
(diri sendiri) di masa depan.
Selain itu remaja mampu
untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor
termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika di kritik
dan di saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri
dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar. Remaja juga memiliki falsafah
hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya atau mengucapkannya dalam kata-kata.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan emosi remaja
2. Apa
sajakah bentuk-bentuk emosi remaja
3. Bagaimanakah
hubungan antara emosi dan tingkah laku
4. Apa
sajakah karakteristik perkembangan emosi remaja
5. Faktor-faktor
apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
6. Bgaimanakah
perbedaan individual dalam perkembngan emosi remaja
7. Apa
sajakah cirri-ciri kematangan emosi remaja
8. Bagaimanakah
remaja mengembangkan keterampilan emosionalnya
C.
TUJUAN PENULISAN LAPORAN
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi remaja
2. Mengetahui
beberapa bentuk emosi remaja
3. Mengetahui
hubungan antara emosi dan tingkah laku
4. Mengetahui
beberapa karakteristik perkembangan emosi remaja
5. Mengetahui
faktor-fakrtor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
6. Mengetahui
perbedaan individual dalam perkembangan emosi remaja
7. Mengetahui
cirri-ciri kematangan emosi remaja
8. Mengetahui
beberpa upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidikan
BAB II
ISI LAPORAN
A.
KONSEP DASAR dan KARAKTERISTIK TENTANG
PERKEMBANGAN REMAJA
A.1
KONSEP DASAR
a)
Pengertian
Banyak definisi emosi yang dikemukakan
oleh para ahli. Istilah emosi, menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar
kecerdasan emosional, makna tepatnya masih sangat membingungkan, baik di
kalangan para ahli psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu selama
lebih dari satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu maka
Daniel Goleman (1995) dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang
paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut, Daniel Goleman (1995)
mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk
bertindak.
Sementara itu, Chaplin (1989) dalam
Dictionary of Psychology mendefinisikan emosi sebagia suatu keadaan yang
terangsang dari organism mencakup perubahan-prubahan yang didasari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakn emosi dengan
perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari
yang diaktifkan baik oleh perangsang aksternal maupun oleh bermacam-macam
keadaan jasmanilah.
Definisi lain mengatakan bahwa emosi
adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan
fisikologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan
untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang
ekternal maupun internal (Soegarda Poerbakawatja, 1982). Dengan define ini semakin
jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa
perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Menurut Daniel Goleman (1995),
sesungguhnya ada ratusan emosi bersama variasi, campurn, mutasi, dan nuansanya
sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus
dari pada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
b)
Bentuk-Bentuk Emosi
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson
(dalam Mahmud, 1990), tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu :
1. marah,
orang bergerak menentang sumber frustasi
2. takut,
bergerak meninggalkan sumber frustasi
3. cinta,
orang bergerak menuju sumber kesenangan
4. depresi,
orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam
dirinya sendiri.
Meskipun emosi itu
sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah
kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:
1. Amarah,
di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan
kebencian patologis.
2. Kesedihan,
di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
3. Rasa
Takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan
takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panic, dan fobia.
4. Kenikmatan,
di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur,
bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang,
senang sekali, dan mania.
5. Cinta,
di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih saying.
6. Terkejut,
di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel,
di dalamnya meliputi hina, jiji, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8. Malu,
di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib,
dan hati hancur lebur.
Dari deretan daftar emosi tersebut,
berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San
Francisco (Goleman, 1995) ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh
bangsa-bangsa di seluruh dunia, yaitu emosi yang diwujudkan dalam bentuk
ekspresi wajah yang didalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan
senang. Ekspresi seperti itu benar-benar dikenali oleh bangsa-bangsa di seluruh
dunia meskipun memiliki budaya yang berbeda-beda. Dengan demikian, ekspresi
wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang
perasaan emosi tersebut.
Sementara itu Crider dkk (1983)
mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi
positif misalnya gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani. Emosi negatif
misalnya rasa benci, takut, marah, geram dan lain-lain.
Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan
reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Emosi
yang berkaitan dengan perasaan ( syaraf-syaraf jasmani) perasaan dingin, panas,
hangat, sejuk, dan sebagainya disebabkan oleh cuaca, kondisi, ruangan, dan tempat dimana individu berada.
2. Emosi
yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan
sebagainya.
3. Emosi
yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, malu, sayang, benci
dan sebagainya. Lebih banyak disebabkan faktor hubungan dengan orang lain.
c)
Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Melalui teori kecerdasan emosional yang
dikembangkannya, Daniel Goleman (1995) mengemukakan sejumlah cirri utama
pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam
pola berpikir maupun tingkah laku individu.
Adapun
cirri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Respons
yang cepat tetapi ceroboh
2. Mendahulukan
perasaan kemudian pikiran
3. Memperlakukan
realitas sebagai realitas simbolik
4. Masa
lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5. Realitas
yang ditentukan oleh keadaan
Emosi yang ada pada remaja sangat
berdampak pada tingkah lakunya. Tingkah laku remaja terkadang mereka gunakan
sebagai ekspresi dari emosi. Hal ini dapat dilihat antara lain :
1. Marah
Sikap
remaja yang sedang dalam keadaan marah biasanya akan bertingkah laku:
a. Memaki-maki
orang yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam dirinya.
b. Membuat
subyek tertawaan orang yang menyebabkan timbul kemarahannya dengan jalan
mengejeknya.
c. Seringkali
membanting pintu
d. Mengunci
dirinya dalam kamar dan tidak mau berbicara dengan siapapun juga
e. Ada
pula anak remaja yang menimbulkan marahnya.
2. Takut
Pernyataan
tingkah laku yang menggambarkan rasa takut antara lain :
a. Menjadi
lemas
b. Menjadi
pucat
c. Gemetar
d. Mengeluarkan
banyak keringat dan sebagainya.
Jika
merasa takut, anak remaja jarang sekali melarikan diri seperti dalam masa
kanak-kanak, karena dia tahu bahwa dalam hal itu akan di sebut penakut, suatu
sebutan yang sama sekali tidak diharapkannya. Dia berpendapat bahwa dia lebih
baik menghindari hal-hal yang menakutkannya dan mencari alasan-alasan yang
kiranya masuk akal, mengapa dia menghindari hal-hal yang menakutkan supaya
tidak diketahui orang lain bahwa dia sebenarnya penakut.
3. Malu
Sehubungan
dengan rasa malu terdapat rasa gugup-canggung yang seringkali dialami oleh anak
remaja.
4. Cemas
(Anxiety)
Rasa
cemas dinyatakan dengan 2 macam cara, yakni :
a. Membicarakan
kecemasan mereka dengan teman-teman sebaya atau guru-guru dengan harapan akan
mendapatkan simpati dari mereka ataupun pertolongan
b. Menunjukkan
muka yang membayangkan kecemasan ataupun kesedihan serta memperlihatkan muka
acuh tak acuh terhadap keadaannya pada waktu itu, sehingga orang lain terpaksa
menanyakan apa sebab-sebabnya dia bersikap demikian dan dengan demikian dia
mendapatkan kesempatan membicarakan hal-hal yang menimbulkan kecemasannya.
5. Iri
Hati (Jea lously)
Jika
merasa iri hati, pada umumnya, anak remaja tidak memukul anak yang menyebabkan
rasa iri hati tadi, akan tetapi dia menyerang secara verbal. Artinya dia
mengeluarkan komentar-komenyar yang mengejek, menghin atau menertawakan orang
lain kepada siapa dia iri hati, didepannya atau kadang-kadang juga di
belakangnya. Kadang-kadang komentar itu diberikan secara tertutup, sehingga sukar
untuk mengetahui bahwa kata-kata itu merupakan ejekan atau hinaan. Adakalanya
juga pemudi-pemudi menangis jika merasa iri hati dan pemuda-pemuda memukul
teman atau orang-orang yang menimbulkan iri hati itu.
6. Rasa
iri hati (Envy)
Bilamana anak remaja mengalami perasaan
ini dia antara lain:
a. Menertawakan
dan mengecam milik anak atau orang lain yang dia inginkan itu serta mengatakan
bahwa dia sama sekali tidak ingin mempunyai benda-benda itu karena jelek
b. Mengeluh
kesah mengenai miliknya sendiri yang dianggapnya kurang
c. Bercerita
dengan melebih-lebihkan kepada orang tuanya tentang milik anak lain yang dia
inginkan itu
d. Mengatakan
kepada orang tuanya, bahwa dia lebih baik mencari pekerjaan saja agar supaya
dapat membeli benda yang diingini itu.
7. Rasa
Kasih-Sayang
Pernyataan-pernyataan
dari rasa kasih sayang adalah sebagai berikut:
a. Selalu
berusaha untuk berada di dekat orang atau teman yang disayangi
b. Jikalau
hal ini tidak dapat terjadi, dia senantiasa berusaha untuk mengadakan hubungan
dengan orang atau teman itu dengan jalan menelponnya terus-menerus atau
berkirim surat kepadanya
c. Dia
selalu berusaha untuk membahagiakan orang atau teman itu dengan jalan,
misalnya: memberikan hadiah-hadiah kepadanya, merencanakan cara-cara mencari
kesenangan seperti piknik, menonton, dan sebagainya, yang akan dikerjakan
bersama orang atau teman itu, membantu pekerjaan sekolahnya
d. Selalu
mendengarkan dengan penuh perhatian kata-kata atau cerita-cerita orang atau
teman yang disayangi itu
e. Selalu
tersenyum simpul bila berada di dekat orang atau teman itu
8. Kegembiraan
Kegembiraan
ini dinyatakan dengan tersenyum atau tertawa
9. Rasa
ingin tahu
Cara
anak remaja menyatakan rasa ingin tahu adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang apa saja kepada siapa saja. Mereka senang
membicarakan mengenai segala sesuatu dan memberikan komentar-komentarnya.
10. Kesedihan
Hal
ini antara lain dinyatakan dengan menangis atau duduk termenung.
A2.
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN REMAJA
a) Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Masa
remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana
pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar.
Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga
bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu
sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan
harapan sosial baru.
Pola
emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara
normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih
dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler
(1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia
12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
•
Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1.
Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2.
Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3.
Kemarahan biasa terjadi
4.
Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5.
Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
•
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1.
“Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari
masa kanak-kanak menuju dewasa
2.
Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3.
Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Remaja sering kali disebut masa
pencarian jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego. Oleh karena
itu, terdapat sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu:
1. Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak adealisme
angan-angan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Akan tetapi, dengan kemampuan
yang kurang belum memadai remaja untuk mewujudkannya. Sering angan-angan itu
lebih besar dari kemampuannya. Tarik- menarik antara angan- angan yang tinggi
dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka meliputi
perasaan kegelisaan.
2. Pertentangan
Sebagai individu dengan penuh ego,
terkadang mereka ingin melepaskan diri dari orang tua. Namun dengan kemampuan
yang belum mandiri dan belum berani mengambil resiko, terkadang timbul
pertentangan antara diri sendiri maupun dengan orang lain.
3. Menghayal
Dengan berbagai angan- angan yang
banyak, namun tak terealisasi. Banyak remaja mengaplikasikannya dengan
menghayal. Membentuk dunia fantasi
mereka untuk mencapai kepuasaan. Namun tak selamanya menghayal merupakan hal
negative,terkadang khayalan dapat melahirkan ide yang bersifat konstruktif.
4. Aktivitas
Kelompok
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar
dari kesulitan/ rasa depresi mereka dengan berkumpul dengan rekan sebaya dan
melakukan kegiatan yang mereka sukai.
5. Keinginan
Mencoba Segala Sesuatu.
Pada umumnya, rasa ingin tau remaja
sangat tinggi. Remaja cenderung ingin berpetualang,menjelajah segala sesuatu
dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Oleh karena itu
penting bagi remaja diberikan bimbingan agar rasa ingin taunya terarah kepada
kegiatan yang positif ,kreatif, produktif.
Secara garis besar,
masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu periode praremaja,
remaja awal, re,maja tengajh, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk
setiapa periode dalah sebagaimana dipaparkan berikutb ini.
1. Periode
praremaja
Selama periode ini tejadi gejala-gejala
yang hamper sama anrata remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak
jelas, tetapi pada remaja putrid biasanya memperlihatkan penambahan berat badan
yang cepat sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi
kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan
respons mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan
cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.
Periode remaja awal
Selama periode ini
perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin.
Karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang
mereka cenderung menyendiri sehingga marasa terasing, kurang perhatian dari
orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
Control terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan
cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti
ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri
sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode remaja tengah
Tanggung
jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja. Yaitu mampu memikul
sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan
peningkatan tanggung jawab tidak hanya dating dari orang tua atau anggota keluarganya
tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Tidak jarang masyarakat juga menjadi
masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang
seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang
mereka ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut
baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai
mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di
kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa di
sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaj tanpa
disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka.
4. Periode remaja akhir
Selama
periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,
orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada
mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena
mereka sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan
arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan fdan keputusan
tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh.
Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan
terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat.
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Emosi Remaja
Perkembangan
emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.
Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala
yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi
emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
lihat beberapa tingkah laku emosional,
misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku
menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain:
1. Perubahan jasmani
Ketidakseimbangan pertumbhan fisik
sering menimbulkan akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja.
Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya. Seperti menjadi
kasar dan penuh jerawat.
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Cara memberikan hukuman dengan dipukul;
pada masa remaja akan menimbulkan ketegangan yang lebih berat. Pemberontakan
terhadap orangtua menunjukkan bahwa
mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua.
Maka, pola asuh yang penuh dengan cinta
kasihlah yang diperlukan.
3. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Cara khas remaja dalam membangun interaksi dengan teman sebaya adalah dengan
cara berkumpul untuk aktivitas bersama seperti membentuk geng. Ini biasanya
terjadi pada masa remaja awal, namun ika sudah memasuki masa remaja tengah dan
akhir sebaiknya pembentukan geng dihindarkan karena bisa menimbulkan kejahatan
atau penguatan yang tidak baik. Pada masa ini yang menimbulkan masalah emosi
adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sagat dibutuhkan
bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
4. Perubahan pandangan luar
Sikap dunia luar terhadap remaja sering
tidak konsisten. Kadang dianggap sudah
dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada
diri remaja.
Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai
yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki
memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat prediket populer dan
mendatangkan kebanggaan. Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai
ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional
Kekosongan remaja sering dimanfaatkan
oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab dengan melibatkan remaja kedalam
kegiatan-kegiatan yang merusak diri dan melanggar nilai-nilai moral seperti
penyalahgunaan narkoba, minum-minuman keras, kriminal dan lain-lain
5. Perubahan interaksi dengan sekolah
Guru
sering memberikan ancaman-ancaman tertentu yang dapat menambah
permusuhan, atas stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak. Remaja sering
terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima. Timbullah idealisme
untuk mengubah lingkungan. Idealisme ini tentunya tidak boleh diremehkan, sebab
idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingkah laku emosional yang
destruktif.
Emosi negatif mudah muncul dalam diri
remaja, menurut Hurlock (1980) dan Luella Cole (1963) karena orangtua atau guru
memperlakukan mereka sebagai anak kecil yang menimbulkan harga diri mereka
dilecehkan apabila drintangi membina keakraban denga lawan jenis terlalu banyak dirintangi
daripada disokong merasa disikapi secara tidak adil oleh orangtua merasa
kebutuhan tidak dipenuhi orang tua, padahal orangtua mampu melakukannya merasa
disikapi secara otoriter, seperti dituntut patuh, banyak dicela, dihukum dan
dihina.
c)
Perbedaan Individual dalam Perkembngan Emosi Remaja
Dengan meningkatnya usia anak, semua
emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi
orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa
kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak
mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan
lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh
sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh
keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan
sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung
kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau
kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi
lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak
yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu
mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota
suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat
mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah
bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang
dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum
terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum
terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih
umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir
kemudian dalam keluarga yang sama.
Kegiatan
belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang
perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1. Belajar
dengan coba-coba
Anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar
dengan cara meniru
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
3. Belajar
dengan mempersamakan diri
Anak
menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama.
4. Belajar
melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang
pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan
cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
5. Pelatihan
atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional yang tidak menyenangkan.
d)
Cirri-Ciri Kematangan Emosi Remaja
Remaja
yang sudah mencapai kematangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri tingkah
lakunya sebagai berikut :
a. mandiri
dalam arti emosional; bertanggung jawab atas masalahnya sendiri dan bertanggung
jawab atas oranglain.
b. mampu
menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
c. mampu
menampilkan ekspresi emosi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
d. mampu
mengendalikan emosi-emosi negatif, sehingga pemunculannya tidak impulsive
Remaja yang tidak matang emosinya dapat
dilihat dari tingkah laku :
a. cenderung
melihat sisi negatif dari orang lain
b. impulsive;
kurang mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
c. kurang
mampu memahami oranglain dan cenderung
untuk selalu minta dipahami oranglain
d. tidak
mau mengakui kesalahan yang diperbuat
h) Upaya mengembangkan emosi remaja dan
implikasinya bagi pendidikan
B.
PENYUSUNAN INSTRUMEN dan PENGAMATAN
B.1 Penyusunan Intrumen
B.2 Pedoman Penskoran
dan Analisis Data
Rumus :
B.3 Pedoman Penilaian
(Konversi)
-3SD -2SD -1SD M +1SD +2SD +3SD
0 100
Pedoman Penilaian (Konversi) :
≥
M + 2SD
M
+ 1 SD s/d < M + 2 SD
M
– 1SD s/d < M – 1SD
M
– 2SD s/d < M – 1 SD
< M – 2SD
Berarti :
·
84
- 100 ( Sangat Baik )
·
67
- 83 ( Baik )
·
33
- 66 ( Cukup Baik )
·
16
- 32 ( Kurang Baik )
·
0
- 15 ( Tidak Baik )
B.4 Pelaksanaan Pengamatan
Pengamatan
dilakukan pada hari sabtu tanggal 26 Mei 2012, Pengamatan observasi dilakukan pada siswa SMA N 2 Kempo dan siswa
SMP N 1 Kempo. Dengan cara
mengidentifikasi siswa tersebut secara diam-diam tanpa diketahui oleh siswa itu
sendiri.
C.
ANALISIS dan KESIMPULAN HASIL PENGAMATAN
LAMPIRAN OBSERVASI 1
Nama : Adi Satriawan
Sekolah/Kelas : SMAN 2 Kempo/X
No
|
Kognitif Remaja
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Sikap memberontak ketika sesuatu yang
diinginkan tidak dipenuhi
|
|
|
|
√
|
2
|
Melawan perkataan orang tua
|
|
|
|
√
|
3
|
Bergaul dengan teman sebaya
|
|
|
√
|
|
4
|
Mulai merasa suka terhadap lawan jenis
|
|
√
|
|
|
5
|
Bertindak
sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya
|
|
|
|
√
|
6
|
Menuruti keinginan orang tua
|
√
|
|
|
|
7
|
Mengikuti gaya idola
|
|
|
√
|
|
Jumlah Skor Tiap
Kolom
|
1
|
2
|
6
|
12
|
|
Total Skor Aktual
|
21
|
||||
Skor Maksimal Ideal
|
120
|
LAMPIRAN OBSERVASI 2
Nama : Surya Pratama Sekolah/Kelas : SMPN 1
Mataram/XII
No
|
Kognitif Remaja
|
Skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Sikap memberontak ketika sesuatu yang
diinginkan tidak dipenuhi
|
|
√
|
|
|
2
|
Melawan perkataan orang tua
|
√
|
|
|
|
3
|
Bergaul dengan teman sebaya
|
|
√
|
|
|
4
|
Mulai merasa suka terhadap lawan jenis
|
√
|
|
|
|
5
|
Bertindak
sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya
|
√
|
|
|
|
6
|
Menuruti keinginan orang tua
|
|
|
|
√
|
7
|
Mengikuti gaya idola
|
|
|
√
|
|
Jumlah Skor Tiap
Kolom
|
3
|
6
|
3
|
4
|
|
Total Skor Aktual
|
16
|
||||
Skor Maksimal Ideal
|
120
|
Dari data yang diperoleh maka dapat di analisis bahwa
perkembangan kognitif siswi tersebut (remaja)
mencapai tingkat yang sama. Apabila dilihat dari konversi dan pensekoran
pada siswi A (rimaning ginantri) mencapai 86 dari skor maksimal ideal yaitu 120
dengan rumus :
Dari data
yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 71,66 termasuk dalam golongan Baik.
Sedangkan
pada siswi B (putri) mencapai 51 dari skor maksimal ideal 80 dapat dihitung
dengan rumus, seperti diatas :
Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 77,5
termasuk dalam golongan Baik.
Jika dilihat
dari kedua siswi tersebut maka tingkat kognitif pada ramaja sama – sama Baik.
Sehingga tingkat kognitif pada masa remaja masih cukup maksimal dicapai khusus
pada siswa / siswi SMP, dimana masih merupakan remaja awal. Dalam artian masih
belum matang mulai dari segala aspek terutama perkembangan kognitif mereka.
Remaja pada fasa ini masih mengalami kebingungan dalam dirinya belum menemukan
jati diri. Dari data yang di peroleh kita dapat melihat bagaimana remaja bisa
mngaplikasikan kognitif dalam kehidupan sehari – harinya.
Pada masa
ini juga remaja masih butuh perhatian dari orang sekelilingnya terutama orang
tua dalam mengembangankan dan membimbing mereka. Kognitif remaja cenderung
labil, masih bimbang atau bingung. Remaja pada masa ini mulai mencari tentang
dirinya sendiri dan lingkungannya. Pada masa ini remaja sudah bisa memikirkan
apa yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Namun belum berani untuk
menentang ketika dihadapkan dengan situasi yang salah. Dan merasa cemas dengan
keadaan yang cenderung baru di alami. Dan juga masih belum terlalu percaya diri
dengan apa yang dia miliki.
B.6 Kesimpulan Analisis Data
Dari data di atas, maka tingkat perkembangan kogntif pada remaja
umunya masih tergolong baik. Yang dimana remaja telah cukup baik dalam memahami
perkembangan kognitif mereka. Sehingga mereka dapat melakukan suatu tindakan
dengan baik. Perkembangan kognitif yang dimiliki sudah baik pada fase remaja
awal.