Rabu, 05 Juni 2013

LAPORAN HASIL OBSERVASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

LAPORAN HASIL OBSERVASI
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


 
DISUSUN OLEH:

NAMA       : RAHMAWATI
NIM           : E1M 011 033
PRODI       : PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012


KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas observasi pada bidang studi Perkembangan Peserta Didik yang bertemakan “Perkembangan Emosi pada Remaja”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan hasil observasi ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dalam isinya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak guna perbaikan untuk observasi di masa yang akan datang.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan hasil observasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik professional.


Mataram, 26 Mei 2012
Penyusun


RAHMAWATI





BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Selain itu remaja mampu untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika di kritik dan di saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar. Remaja juga memiliki falsafah hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya atau mengucapkannya dalam kata-kata.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi remaja
2.      Apa sajakah  bentuk-bentuk emosi remaja
3.      Bagaimanakah hubungan antara emosi dan tingkah laku
4.      Apa sajakah karakteristik perkembangan emosi remaja
5.      Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
6.      Bgaimanakah perbedaan individual dalam perkembngan emosi remaja
7.      Apa sajakah cirri-ciri kematangan emosi remaja
8.      Bagaimanakah remaja mengembangkan keterampilan emosionalnya

C.   TUJUAN PENULISAN LAPORAN
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi remaja
2.      Mengetahui beberapa bentuk emosi remaja
3.      Mengetahui hubungan antara emosi dan tingkah laku
4.      Mengetahui beberapa karakteristik perkembangan emosi remaja
5.      Mengetahui faktor-fakrtor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
6.      Mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan emosi remaja
7.      Mengetahui cirri-ciri kematangan emosi remaja
8.      Mengetahui beberpa upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidikan



BAB II
ISI LAPORAN

A.   KONSEP DASAR dan KARAKTERISTIK TENTANG PERKEMBANGAN REMAJA

A.1 KONSEP DASAR

a)     Pengertian
Banyak definisi emosi yang dikemukakan oleh para ahli. Istilah emosi, menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, makna tepatnya masih sangat membingungkan, baik di kalangan para ahli psikologi maupun ahli filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena sedemikian membingungkannya makna emosi itu maka Daniel Goleman (1995) dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut, Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Sementara itu, Chaplin (1989) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan emosi sebagia suatu keadaan yang terangsang dari organism mencakup perubahan-prubahan yang didasari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakn emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang aksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmanilah.
Definisi lain mengatakan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisikologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang ekternal maupun internal (Soegarda Poerbakawatja, 1982). Dengan define ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Menurut Daniel Goleman (1995), sesungguhnya ada ratusan emosi bersama variasi, campurn, mutasi, dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks, dan lebih halus dari pada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.

b)    Bentuk-Bentuk Emosi
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson (dalam Mahmud, 1990), tingkah laku emosional dapat dibagi menjadi empat macam yaitu :
1.      marah, orang bergerak menentang sumber frustasi
2.      takut, bergerak meninggalkan sumber frustasi
3.      cinta, orang bergerak menuju sumber kesenangan
4.      depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam dirinya sendiri.
Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:
1.      Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2.      Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
3.      Rasa Takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panic, dan fobia.
4.      Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
5.      Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih saying.
6.      Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7.      Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jiji, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8.      Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Dari deretan daftar emosi tersebut, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari University of California di San Francisco (Goleman, 1995) ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia, yaitu emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang didalamnya mengandung emosi takut, marah, sedih, dan senang. Ekspresi seperti itu benar-benar dikenali oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia meskipun memiliki budaya yang berbeda-beda. Dengan demikian, ekspresi wajah sebagai representasi dari emosi itu memiliki universalitas tentang perasaan emosi tersebut.
Sementara itu Crider dkk (1983) mengemukakan dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif misalnya gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani. Emosi negatif misalnya rasa benci, takut, marah, geram dan lain-lain.
Selanjutnya bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1.      Emosi yang berkaitan dengan perasaan ( syaraf-syaraf jasmani) perasaan dingin, panas, hangat, sejuk, dan sebagainya disebabkan oleh cuaca, kondisi,  ruangan, dan tempat dimana individu berada.
2.      Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan sebagainya.
3.      Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, malu, sayang, benci dan sebagainya. Lebih banyak disebabkan faktor hubungan dengan orang lain.


c)     Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman (1995) mengemukakan sejumlah cirri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku individu.
Adapun cirri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Respons yang cepat tetapi ceroboh
2.      Mendahulukan perasaan kemudian pikiran
3.      Memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik
4.      Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5.      Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Emosi yang ada pada remaja sangat berdampak pada tingkah lakunya. Tingkah laku remaja terkadang mereka gunakan sebagai ekspresi dari emosi. Hal ini dapat dilihat antara lain :
1.      Marah
Sikap remaja yang sedang dalam keadaan marah biasanya akan bertingkah laku:
a.       Memaki-maki orang yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam dirinya.
b.      Membuat subyek tertawaan orang yang menyebabkan timbul kemarahannya dengan jalan mengejeknya.
c.       Seringkali membanting pintu
d.      Mengunci dirinya dalam kamar dan tidak mau berbicara dengan siapapun juga
e.       Ada pula anak remaja yang menimbulkan marahnya.
2.      Takut
Pernyataan tingkah laku yang menggambarkan rasa takut antara lain :
a.       Menjadi lemas
b.      Menjadi pucat
c.       Gemetar
d.      Mengeluarkan banyak keringat dan sebagainya.
Jika merasa takut, anak remaja jarang sekali melarikan diri seperti dalam masa kanak-kanak, karena dia tahu bahwa dalam hal itu akan di sebut penakut, suatu sebutan yang sama sekali tidak diharapkannya. Dia berpendapat bahwa dia lebih baik menghindari hal-hal yang menakutkannya dan mencari alasan-alasan yang kiranya masuk akal, mengapa dia menghindari hal-hal yang menakutkan supaya tidak diketahui orang lain bahwa dia sebenarnya penakut.
3.      Malu
Sehubungan dengan rasa malu terdapat rasa gugup-canggung yang seringkali dialami oleh anak remaja.
4.      Cemas (Anxiety)
Rasa cemas dinyatakan dengan 2 macam cara, yakni :
a.       Membicarakan kecemasan mereka dengan teman-teman sebaya atau guru-guru dengan harapan akan mendapatkan simpati dari mereka ataupun pertolongan
b.      Menunjukkan muka yang membayangkan kecemasan ataupun kesedihan serta memperlihatkan muka acuh tak acuh terhadap keadaannya pada waktu itu, sehingga orang lain terpaksa menanyakan apa sebab-sebabnya dia bersikap demikian dan dengan demikian dia mendapatkan kesempatan membicarakan hal-hal yang menimbulkan kecemasannya.
5.      Iri Hati (Jea lously)
Jika merasa iri hati, pada umumnya, anak remaja tidak memukul anak yang menyebabkan rasa iri hati tadi, akan tetapi dia menyerang secara verbal. Artinya dia mengeluarkan komentar-komenyar yang mengejek, menghin atau menertawakan orang lain kepada siapa dia iri hati, didepannya atau kadang-kadang juga di belakangnya. Kadang-kadang komentar itu diberikan secara tertutup, sehingga sukar untuk mengetahui bahwa kata-kata itu merupakan ejekan atau hinaan. Adakalanya juga pemudi-pemudi menangis jika merasa iri hati dan pemuda-pemuda memukul teman atau orang-orang yang menimbulkan iri hati itu.
6.      Rasa iri hati (Envy)
Bilamana anak remaja mengalami perasaan ini dia antara lain:
a.       Menertawakan dan mengecam milik anak atau orang lain yang dia inginkan itu serta mengatakan bahwa dia sama sekali tidak ingin mempunyai benda-benda itu karena jelek
b.      Mengeluh kesah mengenai miliknya sendiri yang dianggapnya kurang
c.       Bercerita dengan melebih-lebihkan kepada orang tuanya tentang milik anak lain yang dia inginkan itu
d.      Mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia lebih baik mencari pekerjaan saja agar supaya dapat membeli benda yang diingini itu.
7.      Rasa Kasih-Sayang
Pernyataan-pernyataan dari rasa kasih sayang adalah sebagai berikut:
a.       Selalu berusaha untuk berada di dekat orang atau teman yang disayangi
b.      Jikalau hal ini tidak dapat terjadi, dia senantiasa berusaha untuk mengadakan hubungan dengan orang atau teman itu dengan jalan menelponnya terus-menerus atau berkirim surat kepadanya
c.       Dia selalu berusaha untuk membahagiakan orang atau teman itu dengan jalan, misalnya: memberikan hadiah-hadiah kepadanya, merencanakan cara-cara mencari kesenangan seperti piknik, menonton, dan sebagainya, yang akan dikerjakan bersama orang atau teman itu, membantu pekerjaan sekolahnya
d.      Selalu mendengarkan dengan penuh perhatian kata-kata atau cerita-cerita orang atau teman yang disayangi itu
e.       Selalu tersenyum simpul bila berada di dekat orang atau teman itu
8.      Kegembiraan
Kegembiraan ini dinyatakan dengan tersenyum atau tertawa
9.      Rasa ingin tahu
Cara anak remaja menyatakan rasa ingin tahu adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa saja kepada siapa saja. Mereka senang membicarakan mengenai segala sesuatu dan memberikan komentar-komentarnya.
10.  Kesedihan
Hal ini antara lain dinyatakan dengan menangis atau duduk termenung.
A2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA
a)   Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.

Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Remaja sering kali disebut masa pencarian jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego. Oleh karena itu, terdapat sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu:
1.      Kegelisahan
Remaja mempunyai banyak adealisme angan-angan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Akan tetapi, dengan kemampuan yang kurang belum memadai remaja untuk mewujudkannya. Sering angan-angan itu lebih besar dari kemampuannya. Tarik- menarik antara angan- angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka meliputi perasaan kegelisaan.
2.      Pertentangan
Sebagai individu dengan penuh ego, terkadang mereka ingin melepaskan diri dari orang tua. Namun dengan kemampuan yang belum mandiri dan belum berani mengambil resiko, terkadang timbul pertentangan antara diri sendiri maupun dengan orang lain.
3.      Menghayal
Dengan berbagai angan- angan yang banyak, namun tak terealisasi. Banyak remaja mengaplikasikannya dengan menghayal.  Membentuk dunia fantasi mereka untuk mencapai kepuasaan. Namun tak selamanya menghayal merupakan hal negative,terkadang khayalan dapat melahirkan ide yang bersifat konstruktif.
4.      Aktivitas Kelompok
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitan/ rasa depresi mereka dengan berkumpul dengan rekan sebaya dan melakukan kegiatan yang mereka sukai.
5.      Keinginan Mencoba Segala Sesuatu.
Pada umumnya, rasa ingin tau remaja sangat tinggi. Remaja cenderung ingin berpetualang,menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Oleh karena itu penting bagi remaja diberikan bimbingan agar rasa ingin taunya terarah kepada kegiatan yang positif ,kreatif, produktif.
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode, yaitu periode praremaja, remaja awal, re,maja tengajh, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiapa periode dalah sebagaimana dipaparkan berikutb ini.
1.      Periode praremaja
Selama periode ini tejadi gejala-gejala yang hamper sama anrata remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, tetapi pada remaja putrid biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respons mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.   Periode remaja awal
Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga marasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya. Control terhadap dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3.   Periode remaja tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja. Yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya dating dari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Tidak jarang masyarakat juga menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, tidak jarang remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaj tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka.
4.   Periode remaja akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi lebih bagus dan lancar karena mereka sudah memiliki kebebasan penuh serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan fdan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat.

b)   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku  emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja antara lain:
1.   Perubahan jasmani
Ketidakseimbangan pertumbhan fisik sering menimbulkan akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya. Seperti menjadi kasar dan penuh jerawat.
2.   Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Cara memberikan hukuman dengan dipukul; pada masa remaja akan menimbulkan ketegangan yang lebih berat. Pemberontakan terhadap orangtua  menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Maka, pola asuh  yang penuh dengan cinta kasihlah yang diperlukan.
3.   Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Cara khas remaja dalam membangun  interaksi dengan teman sebaya adalah dengan cara berkumpul untuk aktivitas bersama seperti membentuk geng. Ini biasanya terjadi pada masa remaja awal, namun ika sudah memasuki masa remaja tengah dan akhir sebaiknya pembentukan geng dihindarkan karena bisa menimbulkan kejahatan atau penguatan yang tidak baik. Pada masa ini yang menimbulkan masalah emosi adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sagat dibutuhkan bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
4.   Perubahan pandangan luar
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang dianggap  sudah dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.
Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat prediket populer dan mendatangkan kebanggaan. Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional
Kekosongan remaja sering dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab dengan melibatkan remaja kedalam kegiatan-kegiatan yang merusak diri dan melanggar nilai-nilai moral seperti penyalahgunaan narkoba, minum-minuman keras, kriminal dan lain-lain
5.   Perubahan interaksi dengan sekolah
Guru  sering memberikan ancaman-ancaman tertentu yang dapat menambah permusuhan, atas stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak. Remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima. Timbullah idealisme untuk mengubah lingkungan. Idealisme ini tentunya tidak boleh diremehkan, sebab idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingkah laku emosional yang destruktif.
Emosi negatif mudah muncul dalam diri remaja, menurut Hurlock (1980) dan Luella Cole (1963) karena orangtua atau guru memperlakukan mereka sebagai anak kecil yang menimbulkan harga diri mereka dilecehkan apabila drintangi membina keakraban denga  lawan jenis terlalu banyak dirintangi daripada disokong merasa disikapi secara tidak adil oleh orangtua merasa kebutuhan tidak dipenuhi orang tua, padahal orangtua mampu melakukannya merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina.

c)   Perbedaan Individual dalam Perkembngan Emosi Remaja
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1.      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
3.      Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
4.      Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
5.      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

d)   Cirri-Ciri Kematangan Emosi Remaja
Remaja yang sudah mencapai kematangan emosi dapat dilihat dari ciri-ciri tingkah lakunya sebagai berikut :
a.       mandiri dalam arti emosional; bertanggung jawab atas masalahnya sendiri dan bertanggung jawab atas oranglain.
b.      mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
c.       mampu menampilkan ekspresi emosi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
d.      mampu mengendalikan emosi-emosi negatif, sehingga pemunculannya tidak impulsive

Remaja yang tidak matang emosinya dapat dilihat dari tingkah laku  :
a.       cenderung melihat sisi negatif dari orang lain
b.      impulsive; kurang mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
c.       kurang mampu memahami oranglain dan  cenderung untuk selalu minta dipahami oranglain
d.      tidak mau mengakui kesalahan yang diperbuat
h)   Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidikan


B.   PENYUSUNAN INSTRUMEN dan PENGAMATAN

B.1 Penyusunan Intrumen
B.2 Pedoman Penskoran dan Analisis Data

Rumus :


B.3 Pedoman Penilaian (Konversi)


 

     
     -3SD         -2SD        -1SD          M         +1SD                   +2SD         +3SD
       0                                                                                                          100


                                                     
                                                     





 










Pedoman Penilaian (Konversi) :
≥ M + 2SD
M + 1 SD s/d < M + 2 SD
M – 1SD s/d < M – 1SD
M – 2SD s/d < M – 1 SD
                          < M – 2SD
Berarti :
·        84     -       100  ( Sangat Baik )
·        67     -        83   ( Baik )
·        33     -        66   ( Cukup Baik )
·        16     -        32   ( Kurang Baik )
·        0       -        15   ( Tidak Baik )


B.4 Pelaksanaan Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari sabtu tanggal 26 Mei 2012, Pengamatan observasi  dilakukan pada siswa SMA N 2 Kempo dan siswa SMP N 1 Kempo.  Dengan cara mengidentifikasi siswa tersebut secara diam-diam tanpa diketahui oleh siswa itu sendiri.

C.   ANALISIS dan KESIMPULAN HASIL PENGAMATAN

LAMPIRAN OBSERVASI 1
              Nama            : Adi Satriawan                            Sekolah/Kelas : SMAN 2 Kempo/X
No
Kognitif Remaja
Skor
1
2
3
4
1
Sikap memberontak ketika sesuatu yang diinginkan tidak dipenuhi



2
Melawan perkataan orang tua



3
Bergaul dengan teman sebaya



4
Mulai merasa suka terhadap lawan jenis



5
Bertindak sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya



6
Menuruti keinginan orang tua



7
Mengikuti gaya idola



Jumlah Skor Tiap Kolom
1
2
6
12
Total Skor Aktual
21
Skor Maksimal Ideal
120



LAMPIRAN OBSERVASI 2
             Nama : Surya Pratama                              Sekolah/Kelas : SMPN 1 Mataram/XII
No
Kognitif Remaja
Skor
1
2
3
4
1
Sikap memberontak ketika sesuatu yang diinginkan tidak dipenuhi



2
Melawan perkataan orang tua



3
Bergaul dengan teman sebaya



4
Mulai merasa suka terhadap lawan jenis



5
Bertindak sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya



6
Menuruti keinginan orang tua



7
Mengikuti gaya idola



Jumlah Skor Tiap Kolom
3
6
3
4
Total Skor Aktual
16
Skor Maksimal Ideal
120

Dari data yang diperoleh maka dapat di analisis bahwa perkembangan kognitif siswi tersebut (remaja)  mencapai tingkat yang sama. Apabila dilihat dari konversi dan pensekoran pada siswi A (rimaning ginantri) mencapai 86 dari skor maksimal ideal yaitu 120 dengan rumus :


 


    

Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 71,66 termasuk dalam golongan Baik.
Sedangkan pada siswi B (putri) mencapai 51 dari skor maksimal ideal 80 dapat dihitung dengan rumus, seperti diatas :


 


Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 77,5 termasuk dalam golongan Baik.
            Jika dilihat dari kedua siswi tersebut maka tingkat kognitif pada ramaja sama – sama Baik. Sehingga tingkat kognitif pada masa remaja masih cukup maksimal dicapai khusus pada siswa / siswi SMP, dimana masih merupakan remaja awal. Dalam artian masih belum matang mulai dari segala aspek terutama perkembangan kognitif mereka. Remaja pada fasa ini masih mengalami kebingungan dalam dirinya belum menemukan jati diri. Dari data yang di peroleh kita dapat melihat bagaimana remaja bisa mngaplikasikan kognitif dalam kehidupan sehari – harinya.
            Pada masa ini juga remaja masih butuh perhatian dari orang sekelilingnya terutama orang tua dalam mengembangankan dan membimbing mereka. Kognitif remaja cenderung labil, masih bimbang atau bingung. Remaja pada masa ini mulai mencari tentang dirinya sendiri dan lingkungannya. Pada masa ini remaja sudah bisa memikirkan apa yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Namun belum berani untuk menentang ketika dihadapkan dengan situasi yang salah. Dan merasa cemas dengan keadaan yang cenderung baru di alami. Dan juga masih belum terlalu percaya diri dengan apa yang dia miliki.

B.6 Kesimpulan Analisis Data

Dari data di atas, maka tingkat perkembangan kogntif pada remaja umunya masih tergolong baik. Yang dimana remaja telah cukup baik dalam memahami perkembangan kognitif mereka. Sehingga mereka dapat melakukan suatu tindakan dengan baik. Perkembangan kognitif yang dimiliki sudah baik pada fase remaja awal.